KankerServiks Penyebab Kematian Tertinggi Wanita di Indonesia

KankerServiks Penyebab Kematian Tertinggi Wanita di Indonesia

Sumber Foto ( google )

Kesehatan - Kanker serviks merupakan jenis kanker yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi bagi wanita di Indonesia setelah kanker payudara. Dalam Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia ( KOGI ) yang bertempat di Kota Pekanbaru, Riau tanggal 25-27 Juli 2022 permasalahan ini diangkat menjadi salah satu topik hangat. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang rutin dilakukan 3 tahun sekali oleh POGI dengan mengusung tema The Improving of Quality and Competitiveness in the Globalization Era.

Menurut Dr. Ali Budi Harsono, Sp.OG, Subsp. OnkKanker serviks merupakan masalah international dan menjadi " rapor merah " karena tingginya angka kematian yang disebabkan penyakit ini. 

“Setiap dua jam rata-rata meninggal 2 wanita kita, yang kita sayangi atau kita cintai meninggal karena kanker serviks,” kata Ali.

Dr. Ali menambahkan bahwa kasus kanker serviks yang terjadi tidak hanya mengkhawatirkan bagi para wanita dan dokter spesialis obgyn saja karena masalah ini merupakan masalah bersama. Di tahun 2020 Kementerian Kesehatan Indonesia mendata ada sebanyak 36.633 kasus kanker serviks yang terjadi dan ditemukan jumlah kematian akibat kanker sekitar 234.511 kasus dan kanker serviks salah satunya.


Kanker serviks sendiri masih bisa di cegah dn diobati, hal itu disampaikan oleh Dr. Rudi Gunawan, Sp. OG ( K ) Onk yang pada saat itu juga ikut mendampingi Dr. Ali. Untuk pencegahannya Dr. Ali menyatakan bahwa tindakan yang harus diambil adalah ketika kanker belum terbentuk atau dengan kata lain ketika lesi prakanker.

"Lesi prakanker itu adalah suatu kelainan pada serviks sebelum menjadi kanker,” lanjut Ali. Lesi prakanker ini kemudian bisa dideteksi dengan beberapa cara, seperti menggunakan pemeriksaan Pap Smear dan IVA atau Inspeksi Visual Asam Asetat. Namun, Ali menambahkan bahwa pemeriksaan Pap Smear ini terkendala di Indonesia karena kurangnya sumber daya. Banyak wanita yang menganggap bahwa pemeriksaan Pap Smear akan menyakitkan. “Mungkin itu hanya psikis, tapi tidak sakit sama sekali karena kita tidak akan mencubit, menjepit, karena hanya memasukkan alat,” jelas Rudi.
 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait