Kerajinan Songkok Berbahan Pelepah Pisang dari Jombang Sangat Unik
EKONOMI BISNIS - Pelepah pohon pisang jika diolah dan dipoles dengan keahlian bisa menghasilkan kerajinan dengan nilai ekonomi tinggi. Banyak produk yang bisa dihasilkan dari batang pohon pisang, misalnya songkok, tas, dan blangkon hingga keranjang tisu. Hal itu disampaikan Suryanto, perajin anyaman pelepah pisang yang terbilang sukses asal dusun Bebekan, Desa Tapen, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
1. Memilih bahan pisang susu dan pisang raja
Suryanto adalah perangkat desa setempat. Ia mulai menekuni kerajinan dari bahan pelepah pisang sejak empat tahun lalu untuk menambah penghasilan keluarganya. Ia menuturkan, dalam membuat kerajinan, ada dua jenis pelepah pisang yang ia gunakan. Pertama pelepah pisang kering di pohon dan kedua mengunakan pelepah yang kering di jemur.
"Untuk jenis pelepah pisangnya, saya memilih jenis pelepah pisang susu dan pisang raja. Sebab motif serta coraknya bagus dan seratnya kuat, kalau dibuat pilinan tidak gampang putus," kata Suryanto pemilik Gerai Omah Debog Surya di rumahnya tepatnya tepi jalan raya depan sungai brantas Desa Tapen.
2. Pelepah pisang dibuat songkok, blangkon hingga vas bunga
Ia menuturkan, bahan dari pohon pisang atau yang ia sebut gedebog itu diolah secara manual menjadi berbagai macam kerajinan seni. Di antaranya songkok, blangkon, kotak tisu, keranjang air mineral, tas ponsel, celengan, vas bunga, sarung korek, gantung kunci dan pernak pernik lainnya.
Dalam proses pembuatannya, Suryanto mengaku membutuhkan waktu yang tidak lama. Ia mencontohkan, untuk menyelesaikan2 songkok satu hari selesai dan untuk mengerjakan 1 blangkon membutuhkan waktu 1 hari.
“Tingkat kesulitan dalam membuat blangkon itu membentuk pola dan menyatukan motifnya. Jadi tidak bisa langsung jadi seketika,” kata suami dari Ida Masfhiah tersebut.
3. Pembeli kerajinan dari berbagai daerah hingga Ibu Kota Jakarta
Kerajinan seni unik yang dilakoni Suryanto sejak 2018 silam tersebut diakui banyak peminatnya. Pembeli tidak hanya dari Jombang saja, tetapi dari berbagai daerah di Indonesia. Di antaranya dari Lamongan, Bojonegoro, Gresik, Pasuruan, Madura, Tuban, Blitar, Nganjuk, Madiun, Semarang. Jawa Barat hingga ibu kota Jakarta. Para pembeli itu mengetahui hasil karyanya melalui online.
“Pemasarannya kan melalui online. Harganya bervariasi, terkecil Rp15 ribu sampai Rp600 ribu. Untuk harga songkok Rp65 ribu sampai Rp90 ribu. Sedangkan harga blangkon saya jual Rp160 ribu sampai kisaran Rp230 ribu,” ujar pria berusia 42 tahun tersebut.
Suryanto berharap usaha yang selama ini ia tekuni bersama istrinya itu nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, diharapkan pemerintah memberikan dukungan dalam pemasaran serta permodalan agar tetap bisa terus berkembang.
Komentar Via Facebook :